Advertisement
Foto: Seorang Dalang, I Gusti Bagus Mk Dalang Sudisatha smemimpin upacara Soma Wayang, sekaligus mementaskan mementaskan pertujukan wayang
BALIPLUS.ID -- Wayang di Bali begitu sakral dan penuh nilai-nilai filsafat yang terkandung di dalamnya. Thema ataupun cerita cerita dalam pertunjukan wayang secara thema dalam sebuah pertunjukan wayang biasanya diambil dari cerita cerita Mahabharata ataupun Ramayana, yang tentu penh dengan makna hidup dan kehidupan,
Di Bali,
pertunjukan wayang kerap disatukan dengan kegiatan keagamaan, mulai kegiatan
agama upacara Tiga Bulanan untuk si jabang bayi, Upacara Agama Otonan, Upacara Agama
Ngaben, hingga upacara Khaul dan upacara upacara agama lainnya.
Termasuk
kegiatan upacara Agama saat Soma Wayang, setiap Soma, Kliwong, Wuku Wayang yang terjadi
setiap 210 hari sekali menurut Kander Bali. Upacara Agama untuk umat Hindu di
Bali ini sebagai upacara pemujaan kepada
Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya
sebagai dewa Iswara.
Namun nilia
nilai luhur yang terkandung di dalam cerita cerita pewayangan, terdegradasi
oleh perkembangan tekhnologi dengan munculnya berbagaimacam jenis hiburan dan media
sosail yang sangat cepat mempengaruhi generasi, lambat laun penggemar
pertunjukan wayang semakin berkurang.
Foto: Anak anak antusias menoton sebuah pertunjukan wayang di Merajan Dadya Tambahan Banjar Jro Gusti Bungkulan, Buleleng - Bali
Bali memiiki cara menangkal ‘radikal bebas’ yang bisa merusak tradisi dan budaya. Yaitu disetiap Hari Raya soma Wayang, selalu ada pertunjukan wayang di Pura / Merajan atau tempat suci.
Seperti yang dilaukan oleh Dadya Tambahan, Banjar Jro Gusti, Bungkulan,
Buleleng – Bali.
Disamping melakukan
persembahyangan Bersama, sekaligus melakukan pertunukan wayang, tetapi melalui
berbagai tahapan. Sebelum pementasan Wayang diawali dengan upacara ‘mendak’
Wayang yang ditempatkan di sebuah kamar suci. Proesnya dipimpin oleh seorag
Dalang dari keluarga Dadya Tambahan. ***
Pewarta: AlRaja
